Feeds:
Posts
Comments

So, yeah. Hello again, in this madness of a world…. or rather, I’m the one who get mad.

Pardon me of my English usage in this entry, but I just feel like using it tonight. Apparently, madam Frances is able to brainwash me to think in an english way, and we have only met each other for only three meetings! Fascinating, how subconscious level of a mind could actually control how people connects through… in this case, how I feel like to use English. Perhaps, Madam Frances (my Marketing lecturer, if you haven’t guessed yet) has some qualities which interests me subconsciously… I dunno.

We cool with me using English in this entry, right? Even if it’s not so, you don’t have the authority and power to put me and writes in Bahasa tonight. Mister Anggara Wisesa told me that there’s quite a difference between authority and power (yes, I know both are interconnected), so I state both. Yay, me.

*stomped*

Okay, as the title goes, I am going to explain about this deathly combination of two numbers. If you’re thinking that I’m here to have my fortune told (or written in here) due to a serial number which I gained from a certain piece of paper, you will not be interested with what I am about to inform you. So cycle that hand of yours and pushes the ‘Ctrl + W’ button, if you decide not to read this entry all the more.

That is… if you’re using Mozilla or its variants. Other than that, maybe you’ll consider `alt + F4`; this entry might bore you to sleep.

…and even after that, you STILL continue?

14 Blades

Sudah berapa lamakah saya menulis di sini? Sepertinya cukup lama—bahkan hampir setahun. Ah, sudahlah; bila saya menatap layar lebih lama lagi, writer’s block saya makin menjadi-jadi. Ujung-ujungnya malah kehabisan ide duluan sebelum menulis.

Yah, untuk sementara, isi pos ini berhubungan dengan review film dulu ya πŸ˜€

directed by Daniel Lee

Ada banyak alasan mengapa seseorang bisa menyukai sebuah angka, mulai dari alasan personal yang mungkin terkenang pada memori orang tersebut, hingga filosofi yang tersembunyi pada angka tersebut. Alasan-alasan tersebut biasanya tidak berkaitan dengan logika, karena kebanyakan hubungannya dengan perasaan suka (lha, wong suka itu ya rasa juga gitu lho :D)

14 Blades.

Bagi saya, angka 14 bukanlah suatu hal yang istimewa. Anda bisa mendapatkan empat belas dengan mengalikan angka tujuh dengan angka dua, menambah sejumlah batang sial dengan satu batang ekstra, mengurangi jumlah rakaat shalat fardhu yang biasa dilakukan setiap hari (asumsi bahwa shalatnya tak ada yang bolong lho ya :lol:) dengan jumlah rakaat shalat di perbatasan sore dan malam hari. Hasilnya toh sama saja: 14.

Sudah? Sudah saya tulis intro dari pos ini kan? Bagus, kini bagian bagaimana gerangan saya akhirnya tertarik untuk menonton film ini meskipun bahasa aslinya bahasa mandarin. Bukannya sensitif atau bagaimana, tapi telinga saya memang tidak dilatih untuk mendengar bahasa timur sana (minus bahasa jepang dan sedikit bahasa korea :lol:). Takutnya saya malah sibuk baca terjemahan filmnya daripada nonton filmnya lebih lanjut.

Tanggal 15 Maret lalu, saya tengah berjalan-jalan di BIP ketika berniat menonton di salah satu bioskop ternama di Indonesia. Tanpa melihat jadwal tayang via jaringan, sayapun nekat ke sana. Rencananya mau menonton film yang memang disajikan di sana dan belum pernah saya tonton. Di antara tumpukan film-film Indonesia dengan tema horor dan (terkesan) sensualitas, saya akhirnya pasrah memilih 14 Blades. Tak peduli mau mata cape’ karena terlalu fokus pada terjemahan film, saya membeli tiketnya. Perlu saya tambahkan bahwa saya bahkan tidak terlalu mengenal nama Daniel Lee, meskipun saya sempat mendengarnya berkali-kali; gampang, bisa tanya Om Googs.

Film dimulai dengan pengantar (penjelasan dasar) akan maksud dari 14 Blades itu. Latarnya waktu dan tempatnya adalah di tanah Cina sana, dibawah Dinasti Ming. Saat itu, keadaan di sana penuh dengan kekacauan berhubung akan kaisar yang lemah. Jinyi Wei merupakan organisasi yang dibentuk dengan tujuan melindungi kaisar (pada awalnya) dan menjaga kedamaian di tanah Cina. Kehidupan mereka sepenuhnya diabidikan pada sang kaisar. Mereka lepas dari hukum dan bebas mengeksekusi orang yang dianggap sebagai musuh dinasti, dengan seizin sang raja. 14 Blades itu sendiri merupakan 14 pedang yang diberikan (dititipkan?) pada Jinyi Wei paling superior dari yang lain—ia mendapat gelar Qing Long (Naga Hijau).

Film ini mematok Qing Long sebagai pemeran utama, di mana ketika dirinya diperdaya hampir melayani pihak pembelot dinasti. Masalah-demi masalah timbul, hingga akhirnya Qing Long mampu kabur dan bertemu dengan Qiao Hua, seorang anak gadis dari pemilik jasa angkut barang. Bertekad untuk melayani kaisarnya sampai akhir, Qing Long berusaha mencegah pembelotan dari pihak Pangeran Jia (perencana kudeta) untuk terjadi. Seiring dengan perjalanan, ia juga bertemu dengan Judge of the Sands, pemimpin Heaven Eagles Gang. Di balik perjalanannya, anak dari Pangeran Jia mengintai untuk membunuhnya; Tuotuo, anak gadis angkat dari Pangeran Jia, memiliki kesetaraan tingkat bertarung dengan para Jinyi Wei.

Film ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang ingin melihat bagaimana pengkhianatan, cinta, rasa setia kawan (???), dan akhir yang miris (….?). Menarik.

Oh, saya tahu ini review film yang singkat, namun bila saya umbar lebih jauh, mungkin saja saya malah keceplosan menulis cerita dan plot-plotnya. Ah, saya juga tidak mengikuti lagu-lagu yang menjadi lagu belakangnya (backsound). Boro-boro inget, komposeryna saja lupa-lupa inget (haha)

Blogged with the Flock Browser

Selesai! …Not?

Baiklah, dengan ini saya mengumumkan bahwa UN angkatan kami telah SELESAI! Ya, saudara-saudara! Setelah belajar dengan keras selama tiga tahun di kursi SMA, akhirnya kami selesai diuji dengan enam mata pelajaran khusus untuk IPA yang dilaksanakan sejak tanggal 20 April kemarin. Lantas, setelah ujian laknat tersebut, bukankah kami memiliki hak untuk berlega hati?

….

Sepertinya tidak.

Tahukah anda bahwa badai topan memiliki dua fase ‘ketenangan’? Ketika sebuah topan melewati suatu daerah, maka daerah tersebut–sebelum ditabrak gemuruh angin–akan mengalami fase ketenangan. Kemudian, setelah angin bergemuruh untuk yang pertama, datanglah ketenangan yang hening serta kosong–saat di mana daerah tersebut memasuki ‘mata’ dari badai. Kemudian, beberapa lama kemudian, angin pun kembali bergemuruh.

Bertanya-tanya apa sebenarnya yang saya maksud? Simpel. Fase yang kami bertiga masuki ini mirip dengan fase ‘mata’ topan. Badainya belum lewat, sayangnya. Belum selesai satu badai, ada badai tambahan pula.

Tidak ada jalan lain selain bertabah hati, ya… 😐

.

.

Oh, entri ini bukanlah tanda bahwa kami sudah ofisial ‘lepas’ hiatus πŸ˜†

Deretan Pelajaran

Berhubung kami semua sudah kelas tiga, kami pun akhirnya disibukkan dengan berebagai macam try-out dan  serba-serbi konco-konconya. Belum lagi, saya sendiri akhirnya kembali mengambil les bahasa Jerman atas tuntutan ibu tercinta. Jadi, tolong maklumi saya kalau jarang muncul di blog ini.

Jadi, Kalimat di atas merupakan pernyataan bahwa saya masih bisa berkecimpung di dunia blogging, meskipun tidak seperti dulu πŸ˜€


Bicara soal UAN dan UAS yang makin hari makin dekat (anak-anak sekelas bahkan menolak keras untuk menuilis hitung-mundur di sudut papan tulis, dengan alasan untuk mengurangi stress), saya bermaksud untuk menulis.. err… deretan pelajaran yang menurut saya sulit. Sebagai seorang siswi yang sudah, dengan tidak puas, terlanjur mengambil dua kurikulum sekaligus dalam kehidupan SMAnya, sejujurnya seluruh pelajaran yang diujikan di UAN termasuk susah πŸ˜†

Deretan pelajaran ini saya urutkan dari termudah hingga tersulit, dengan catatan bahwa yang termudah sekali pun adalah ‘sulit’ bagi level saya… Perlu diketahui bahwa saya mengambil Program IPA. ^^;;

  1. Bahasa Inggris
    Pengaruh dari banyaknya buku Bahasa Inggris yang terpaksa bertengger di meja saya saat A-Level Exam. Saat saya menengok ke kanan, saya melihat buku panduan mengerjakan TOEFL lengkap dengan pembahasannya. Walhasil? Saya malah kebanyakan belajar Bahasa Inggris.
  2. Kimia
    Percaya tidak percaya, ya. Saya mengira Matematika akan jauh lebih mudah daripada pelajaran satu ini, namun fakta membuktikan kebalikannya. Mungkin ini pengaruh dari belajar intensif semasa A-Level kemarin. Namun, tetap saja, saya masih memerlukan banyak pemantapan dalam pelajaran ini.

  3. Bahasa Indonesia
    Karena masih berkaitan dengan Bahasa, saya masih bisa mengikuti. Namun, Bahasa Indonesia bukan Bahasa Inggris (ataupun Bahasa Jerman, dst). Sering pola penafsiran suatu struktur kalimat saya salah.
  4. Matematika
    Matematika. Menurut saya matematika itu mengasyikkan… setidaknya kalau ia belum berurusan dengan Trigonometrous Integral atau Partial Integral. Atau, mungkin lebih parah, dengan berbakai macam kombinasi trigonometri, integral, dan derivasi… dan sebagainya, dan sebagainya. Saya sendiri masih kesulitan dengan konsep fungsi parabola.
  5. Fisika
    Salah satu pelajaran IPA yang saya cintai sewaktu SMP, namun kurang sukai sewaktu SMA. Mungkin pengaruh dari berbagai macam rumus-rumus yang sebenarnya hanyalah turunan dari rumus dasar. Ya, rumus, rumus, rumus…
  6. Biologi
    …Karena sejak awal saya tidak pernah suka hafalan, Biologi selalu sulit di mata saya.

Sekian pos tidak penting hari ini.

*Berdoa untuk bisa lulus UAN dan masuk Univ. yang diharapkan*

Sebuah SMS…

Sewaktu itu, saya tengah asyik menghabisi virus-virus yang menjangkiti laptop saya. Adik saya yang tengah asyik membaca ulang SMS-SMS yang ada di ponselnya akhirnya menunjukkan SMS… ngawuric-bin-ngacoish ini πŸ˜†

“Saya, ibunya A*****, mau memberitahu bahwa A***** sudah meninggalkan kita semua pada hari Senin, tanggal 1 Desember 2008 jam 20.53 WIB. Kita semua berdoa semoga dibukakan pintu rahmat-Nya dan amal2nya diterima di sisi yang Kuasa.

A***** pergi ke…

…”Jepang”… Membantu Kurosaki Ichigo dan Kuchiki Rukia membasmi hollow di muka bumi ini.

Hahahahahahagh (:

Terimakasiih!! (:

(untuk membaca SMS ngaco ini.)”

Pretty funny? I guess so. πŸ˜†

Blogged with the Flock Browser

Tren Blogging

[WARNING]: Mungkin saja entri ini hanya membuang waktu anda dalam membaca hal ini, namun silakan meneruskan bila anda tertarik


Blogging.

Blogging, menurut definisi saya, merupakan salah satu kegiatan dalam menyalurkan ide pikiran sang penulis ke dalam sebuah tulisan. Otomatis, isi dari sebuah itu sendiri biasanya berupa opini sang penulis, kehidupan sehari-harinya, atau mungkin segala macam apa yang ia minati.

Saya pun blogging dengan berdasar demikian.

Awal mulayna hanya sekedar iseng. Namun, setelah beberapa lama membaca berbagai macam artikel blog yang tersebar di dunia maya, saya tertarik untuk membuat blog sendiri — dan hal ini pun terwujud melalui blog ini. Memang, blog ini multi-user, namun saya tetap menyukainya.

Ah, saya tidak menghitung sudah berapa lama saya menjadi blogger tidak becus meng-apdet blog ini, meskipun memang belum cukup lama.

Ehm.. daripada itu, dalam entri kali ini, saya lebih tertarik untuk menulis tentang tren blogging yang mulai muncul di kelas saya. Sejak merasa tertarik dengan blogging, saya mencoba menghasut anak-anak di kelas lain untuk ikut ber-blogging ria. Theblangkon, salah satu teman sekelas saya, merupakan salah satu target incaran saya. Beberapa kali, saya sempat berbicara dengannya mengenai blog-blog yang ada di internet. Ia juga menemukan blog-blog menarik, seperti ini atau itu. Piye tho? Saya kenal sama yang punya. πŸ˜†

*mulai norak* *digempur*

Setelah theblangkon, saya mencoba untuk menghasut anak-anak lain untuk ikut blogging. Usaha saya terpaksa berhenti, karena saya sendiri sibuk di tengah deadline tugas yang digantungkan guru, deadline dari salah satu staff sebuah forum, serta deadline fan fiction yang saya gantungkan sendiri di gantungan-segala-deadline. Belum lagi, seamasa itu, saya tengah menjalani ‘Ujian Sertifikasi Pendidikan Standar Tingkat A’ (red: GCE A-Level Exam). Walhasil, saya pun harus menghentikan usaha saya untuk menghasut orang lain untuk berblogging πŸ˜€

Nah, setelah beberapa lama, sebuah berita yang cukup mengagetkan untuk saya muncul. Seorang anak di kelas saya mulai berblogging! ia tidak hanya menulis sendiri, tetapi juga berhasil untuk menghasut beberapa anak lain untuk turut ikut serta ber-blogging. Wah, bukannya kali ini jadi makin meriah? Teman-teman sekelas saya pun juga turut berblogging! Salut!

Maka dari itu, karena tengah masa boomingnya blogging di tengah kelas, saya memutuskan untuk menjadi agen advertisement sedikit. Memang, setelah ocehan sekian panjang, tujuan saya menulis entri ini hanya untuk advertising blog orang lain. πŸ˜†

Berikut daftar blog tersebut.

Bukankah ini bukti bahwa Blog sudah mulai massal? πŸ˜€

Blogged with the Flock Browser

Tags: , , , ,